Saturday, July 31, 2010

Perkembangan anak sampai usia dua tahun.

Penulisan ini sempat tertunda 6 bulan karena keterbatasan saya dalam menyiasati waktu selama masa pendidikan.  Kali ini topik yang akan saya sampaikan mengenai perkembangan anak sampai usia 2 tahun.  Definisi perkembangan pernah dibahas sebelumnya, yaitu bertambahnya kemampuan anak sesuai usia.  Perkembangan pada anak dipengaruhi oleh potensi genetik anak dan faktor lingkungan.  Faktor lingkungan ini mencakup: lingkungan mikro (ibu atau pengganti ibu), lingkungan mini (ayah, kakak, adik, kakek, nenek), lingkungan meso (tetangga, teman bermain, Puskesmas, dll), dan lingkungan makro (program pemerintah, profesi kesehatan, WHO, dll).

Skrining perkembangan yang sering dipakai oleh profesi kesehatan adalah Denver II.  Metoda ini dapat mendeteksi  perkembangan anak sampai usia 6 tahun.  Aspek perkembangan yang dinilai ada 4 yaitu perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa.  Meskipun tampak penilaian hanya pada 4  aspek tetapi sesungguhnya terdapat aspek-aspek lain didalamnya.   Perkembangan yang normal tampak seiring pada ke-4 aspek tersebut.  Bila hanya satu aspek yang bermasalah atau terlambat, maka harus disampaikan bahwa keterlambatan hanya pada aspek yang dimaksud.  Misalnya terdapat keterlambatan pekembangan bahasa maka didiagnosis sebagai delayed speech.  Bila ditemukan keterlambatan pada 2 aspek atau lebih dari ke-4 aspek tersebut, maka disebut keterlambatan menyeluruh (global delayed).

Motorik kasar
Perkembangan ini mudah dipantau karena tampak dengan jelas.  Proses perkembangan ini telah terprogram, meliputi perkembangan postur, lokomosi, dan terkoordinasi.  Hubungan perkembangan motorik kasar dan kecerdasan sangat sedikit.  Anak dengan retardasi mental tidak selalu memiliki keterlambatan perkembangan motorik kasar dan anak dengan perkembangan motorik kasar yang sangat cepat belum tentu merupakan anak yang cerdas.  Meskipun kecepatan perkembangan motorik kasar masing-masing anak bervariasi tetapi urutan perkembangan ini hampir selalu sama, dan rentang variasinya sangat luas.

Awal perkembangan motorik kasar ini berupa refleks primitif yang berfungsi sebagai perlindungan pada bayi.   Refleks tersebut sudah disampaikan pada tulisan sebelumnya (trimester pertama).   Dengan bertambah usia, refleks ini akan hilang dan muncul refleks yang lebih sempurna.  Bila masih ditemukan refleks primitif yang menetap menunjukkan adanya gangguan yang harus di evaluasi lebih jauh.  Kecepatan perkembangan masing-masing anak sangat bervariasi dan umumnya masih dalam batas normal.  Keterlambatan perkembangan juga dapat karena kurangnya stimulasi.  Beberapa anak mengalami perkembangan motorik yang mendahului rata-rata perkembangan anak seusianya, tetapi perkembangan motorik kasar yang cepat tidak selalu disertai superioritas mental.

Motorik halus
Perkembangan motorik halus merupakan petunjuk tingkat kecerdasan yang lebih baik daripada motorik kasar.  Perkembangan kemampuan anak dalam pemecahan masalah visuomotor, merupakan gabungan fungsi penglihatan dan motorik halus yang ditunjukkan melalui kemampuan tangan dan jari-jari (koordinasi antara mata dan tangan).
Bayi mulai memegang benda usia 3 bulan, dan menjadi perhatian khusus bila belum mampu mengenggam di usia 6 bulan.  Bayi mampu memegang sesuatu dengan ibu jari dan jari telunjuk di usia 9 bulan dan memasukkan balok kubus kedalam cangkir usia 12 bulan.  Mulai mencoret-coret di usia 15 bulan dan menyusun 2 menara kubus pada usia 18 bulan.  Mampu mengambil manik-manik dengan kedua jari pada usia 21 bulan dan menyusun menara 4 kubus pada usia 2 tahun.

Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa merupakan proses paling kompleks diantara seluruh proses perkembangan.  Pada perkembangan ini dibutuhkan fungsi represif dan ekspresif.  Fungsi represif merupakan kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang maupun kejadian disekitarnya, pada awalnya mengerti mimik, nada suara dan akhirnya mengerti kata-kata.  Fungsi ekspresif merupakan kemampuan anak untuk mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal, kemudian dengan mimik, gerakan tubuh, dan akhirnya menggunakan kata-kata (verbal).

Kemampuan berbicara seorang anak dengan lainnya berbeda-beda karena sangat individual.  Bahkan pada anak dalam satu keluarga, kemampuan perkembangan bicara dan bahasa berbeda.  Pada usia 2 bulan, bayi dapat mengeluarkan suara “ooo-ooo”. Mengeluarkan suara “Guuu- guuu” pada usia 4 bulan.  Mulai terdengar bergumam (babbling) seperti “mam-mam pada usia 6 bulan.  Mengucapkan “dadada” pada usia 8 bulan.   Dapat mengerti “tidak boleh” atau suara nada tinggi pada usia 9 bulan.  Menyampaikan kata “dada” dan “mama” degan arti, pada usia 10 bulan.  Dapat mengucapkan kata pertama yang benar selain mama, pada usia 11 bulan dan 2 kata pada usia 1 tahun.  Sampai usia 15 bulan, anak mampu mengucapkan kata-kata baru 4-6 kata.  Terkadang anak berbicara dengan bahasa aneh (immature jargoning).  Usia 18 bulan bayi daapat mengucapkan kalimat pendek.  Pada usia 21 bulan, anak mampu mengucapkan sekitar 50 kata dan di usia 24 bulan dapat bernyanyi dan bicara lancar hampir mencapai 200 kata.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didapatkan perubahan gaya hidup pada masyarakat, termasuk dalam metoda pengasuhan anak.  Karena kesibukannya, orangtua sering membiarkan anak menonton televisi untuk melengkapi kebutuhan edukasi sekaligus hiburan. Dengan banyaknya program acara televisi membuat anak “diam” dan terpaku menonton acara kesukaannya, sehingga orangtua memiliki cukup waktu untuk bekerja dan istirahat.   Plilihan edukasi cara ini diyakini  menjadi salah satu penyebab keterlambatan bicara, terutama fungsi ekspresif sehingga anak kehilangan kesempatan untuk mengutarakan pikirannya secara verbal.  Anak sampai usia 2 tahun, sebaiknya dibatasi kebiasaan menonton televisi.  Pilih aktivitas yang dapat membantu perkembangan bahasa dan pematangan otaknya, seperti berbicara, membaca, menyanyi, bermain, mendengarkan musik, dsb.

Bentuk keterlambatan bicara yang paling sering ditemukan adalah keterlambatan pematangan (maturational delay).  Hal ini disebabkan gangguan proses pematangan  di otak.  Kejadian ini lebih sering pada anak laki-laki yang disertai riwayat keterlambatan bicara dalam keluarga. Umumnya anak akan berbicara lebih lancar pada saat usia sekolah dan tidak menunjukkan gangguan kepandaian maupun gangguan pengertian (reseptif).  Bila anak menyampaikan keinginannya dengan menangis, maka upayakan agar ibu memberikan reaksi dengan kata-kata sehingga memacu anak untuk berbicara.  Dengan cara ini diharapkan anak mulai menggunakan bahasa sebagai alat dalam menyampaikan keinginannya.  Penyebab lain terjadinya keterlambatan bicara juga dapat karena gangguan pada pendengaran, gangguan perkembangan jiwa, penggunaan dua bahasa, retardasi mental, dll.

Personal sosial
Tidak mudah mendisiplinkan anak sampai usia 2 tahun karena mereka belum memahami tentang baik-buruk dan benar-salah.  Bila hal itu menyangkut masalah keselamatannya, maka kita harus bersikap tegas.  Penyampaian nasihat pada anak dapat lewat kata-kata ataupun bahasa tubuh.  Bila anak menyentuh pisau atau stop kontak listrik, cegah dan jelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti anak.  Berikan informasi mengenai batasan benar dan salah dalam kegiatan sehari-hari, sehingga anak akan terus mengingat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Perkembangan personal-sosial dapat dinilai melalui reaksi bayi terhadap orang di sekitarnya.   Bayi mengamati wajah pada usia 1 bulan, tersenyum spontan usia 2 bulan.  Pada usia 4 bulan, mulai mengamati tanganya dan tampak sering minta digendong.  Bayi tertawa keras dan menjerit gembira, menoleh ke arah suara ibu atau pengasuhnya juga  ke arah suara lainnya pada usia 5 -8 bulan.  Usia 9-12 bulan, bayi mulai tepuk tangan dan menyatakan keinginan tanpa menangis.  Mulai tersenyum bahkan tertawa ketika bermain dengan orang dewasa yang sudah akrab dengannya, sebaliknya akan langsung bersikap "menjaga jarak" atau ketakutan terhadap orang yang asing baginya.  Terkadang menunjukkan rasa malu seperti mencoba menyembunyikan wajahnya ketika berada dekat orang asing.  Usia 18 - 21 bulan, anak dapat memberi respon dengan lambaian tangan atau bertepuk tangan, menginginkan sesuatu dengan gerakan tubuhnya seperti mengulurkan tangannya.  Pada usia 21-24 bulan, mulai meniru kata-kata, isyarat, dan gerakan-gerakan sederhana dari orang lain.   Pada usia 2 tahun, anak mulai menunjukkan keinginannnya untuk membantu ibu dirumah, mampu menggunakan sendok/garpu, membuka pakaian sendiri, menyuapi boneka, dan menggosok gigi dengan bantuan.

Skrining dan pemeriksaan perkembangan
Skrining ini merupakan pemeriksaan singkat untuk mengetahui adakah penyimpangan dari perkembangan normal, tetapi tidak dapat mengetahui dimana letak kelainan.  Bila ditemukan keterlambatan perkembangan, harus dilakukan pengulangan pemeriksaan pada waktu yang berbeda sebagai pemantauan.   Bila telah yakin dengan kelainan tersebut maka harus di rujuk pada profesi yang lebih ahli untuk memastikan dimana letak kelainan tersebut sehingga dapat dilakukan intervensi dini.  Perkembangan anak akan dinilai ulang dari waktu ke waktu dan dicatat sebagai data anak dan disampaikan kepada orangtua.  Bila didapatkan keraguan dalam pemeriksaan maka dilakukan pengulangan, jangan menyampaikan sesuatu pada orangtua sebelum yakin terhadap pemeriksaan tersebut.

Anak-anak dengan kelainan perkembangan motorik membutuhkan kerjasama dengan diberbagai disiplin ilmu.  Kelainan sebaiknya sudah dapat diketahui sebelum berusia 6 bulan dan intervensi harus segera dilakukan.  Seorang anak harus berkembang sesuai tahapan perkembangan motorik normal, walaupun dengan kecepatan berbeda-beda. Jangan menganggap bahwa perkembangan itu akan membaik dengan sendirinya dan menunda intervensi.  Diagnosis yang ditegakkan terlambat membuat intervensi makin sulit.

Topik mengenai perkembangan anak selalu dipertanyakan para orangtua, terutama bila memiliki anak yang mengalami keterlambatan.  Dengan menulis ini, saya membaca dan mengingat kembali topik ini dengan lebih detil sehingga sangat membantu dalam memberikan informasi dan motivasi pada para orangtua juga diri saya pribadi selaku orangtua. Semoga tulisan ini bermanfaat dalam pemantauan perkembangan anak- anak kita dari waktu ke waktu.